Monday, April 16, 2018

Puisi Kedua Desy Rachma yang diterbitkan Redaksi Koran Radar Cirebon - Memori

Alhamdulillah...
Puisi saya yang berjudul 'Memori' diterbitkan lagi di Redaksi Koran Radar Cirebon pada hari Sabtu, tanggal 7 April 2018.



Puisi ini menyampaikan bagaimana agar kita tidak memaki setiap kisah pahit dan tidak mengenakkan, karena setiap apa yang terjadi dalam hidup kita, dengan atau tanpa sadar, cepat atau lambat, pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil. Mari kita latih diri kita untuk senantiasa sabar, menikmati, bersyukur, dan selalu berusaha untuk berpikir luas terhadap setiap kondisi.

Saturday, March 31, 2018

Mengantar Jingga Pulang: Kita telah Tembus di Koran Radar Cirebon


Mengantar Jingga Pulang: Kita telah Tembus di Koran Radar Cirebon
Oleh: Dera Sahsen

Bismillah..
Segala puji bagi Allah Swt. atas segala nikmat tiada tara dan tiada henti Dia berikan hingga detik ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia paling mulia sepanjang masa, Nabi Muhammad Saw.
Tidak ada yang sia-sia atas semua hal baik yang kita lakukan, meskipun terkadang hanya nihil atas hasil. Sekecil apapun hal itu, dengan sadar atau tidak, pasti ada manfaatnya baik untuk diri kita maupun orang lain.
Saya, Dera Sahsen alias Desy Rachmawaty telah beberapa kali mencoba mengirim karya puisinya ke penerbit koran harian Radar Cirebon, namun masih belum tembus redaktur untuk terbit, namun Alhamdulillah, kemarin saya mendapat kabar dari teman saya bahwa puisi saya dimuat di Radar. Puisi yang berjudul “Mengantar Jingga Pulang: Kita” telah berhasil diterbitkan pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 kemarin. Koran Radar memang menjadi salah satu media harian Cirebon yang menerima karya puisi untuk diterbitkan setiap hari Sabtu di mana disebut Hari Puisi-nya Radar.
Saya sudah mencoba membuat dan mengirim karya puisi dengan berbagai genre, dan yang berhasil diterbitkan adalah puisi tentang persahabatan. Yang menjadi inspirasi saya dalam mengeksekusi puisi tersebut adalah hubungan saya dengan sahabat Pejuang Maghrib.
Mengantar Jingga Pulang: Kita



Jumpa yang kujumpa,
dengan kamu kamu
bagai langit sesudah hujan berhenti
seperti memperjelas hati seseorang
menjadi terang atas kelabu
Kita berjalan dengan bahu beriringan
melintasi musim
melihat setiap hari esok kita
menyimpan rapi hari kemarin
Kamu kamu,
memberiku banyak hal pertama kali
menahanku berkata: aku mau mengamuk dulu sebentar
atas kisah laluku
Suara kita telah mengisi seluruh kota
langkah kita membersamai matahari terbenam
mengantar jingga pulang
sampai pada menyapa hitam
tak sedikit waktu, aku masih dengan kamu kamu
Jika esok esok masih ada untuk kita
jangan benamkan suara kamu kamu
walau hanya satu dari barisan abjad
walau hanya setitik desah
jangan diam, biarkan aku tetap mendengarnya

Cirebon, 19 Maret 2018

Terima kasih kepada Radar Cirebon yang telah memberikan kesempatan kepada karya saya untuk diterbitkan. Terima kasih kepada sahabat Pejuang Maghrib yang telah menjadi inspirasi saya dalam membuat puisi ini. Terima kasih kepada semua insan yang terus mendukung langkah saya dalam dunia kepenulisan.
Semoga saya diistiqomahkan untuk terus berkarya. Terus mencoba dan tidak berhenti adalah kunci saya dalam menulis. Semua orang bisa menulis dan menjadi penulis. Semangat, bagi kawan-kawan yang baru menjajali maupun sudah menjajaki kiprah kepenulisan. Semoga Allah ridho terhadap apa yang kita tulis.

Sunday, April 2, 2017

Poem - Aku Pada Alam

Aku Pada Alam
Oleh: Desy Rachma

Pada fajar kusuguhkan tanya,
Tak apakah jika aku tak miliki juang sepahit para pendahulu?
Pada embun lagi kuibakan kata,
Bolehkah jika sejarah langkahku masih manis saja tanpa dera pilu?
Pada bumi kupijakkan bahasa,
Akankah ada sayatan sendu menyapa menghujani raga dan kalbu?
Pada atap langit kuhaturkan sajak tatapan mata,
Mungkinkah karena masih semiang abdiku, dan nian berhamparan hujam dalihku?
Pada barisan alam dalam jangkauan indera,
Maukah kau menghukumku jika aku masih saja insan yang sama tanpa renung sipu?

Brebes, 2 April 2017

Poem - Potret Rel Kereta

Potret Rel Kereta
Oleh: Desy Rachma

Besi berkelok lajur kereta
Tak biasa untuk mata dan hati yang tak biasa pula
Itulah getar hati dan bola mata berkaca atas sahdanya
Istimewa tiang pemberi udara pendampingnya
Sempurna untuk masa terang semampai petang
Menyambut jingga ufuk timur yang siap goreskan guratan warna langit fajar
Mencipta pilu bayang siluet atas apa yang dicumbunya
Menggaris cahaya lurus memenjara lorong alam fana

Cirebon, 1 April 2017

Thursday, January 26, 2017

Poem - Sang Pemimpi

Oleh: Desy Rachma

Wahai sang pemimpi...
Kemana kaki akan melangkah
Lurus saja, atau akan berbelok
Sedikit saja, atau jauh berpijak
Sang pemimpi...
Sukma akan terus bertemu sahda pagi
Pertandalah harus berbakti
Apakah masih begini
Ataukah sudah menjadi
Saat asa melemah
Masih adakah setitik hasrat untuk mencoba kembali merekah
Berdiri di atas ranah ini
Dan merangkai lagi mimpi-mimpi
Bersabung mendedah setiap tabir
Dalam setiap singkur semerbak kefanaan
Wahai sang pemimpi...
Semaraikan hati nan semiang gersang
Dayulah hingga Sali datang
Jangan berikan senandung sendu dalam lengang
Mencoba lepas bebas dalam kekang
Hempaskan semua keraguan yang bersarang


13 Agustus 2013

Poem - Sahabat Kala Itu

Oleh: Desy Rachma

Dulu menyeruak...
Kini hening yang tersimak
Berdiri di bawah atap nan kebas
Menyaksikan hujan yang tak kunjung habis
Terus berinai hingga debu tertepis
Alunan kaki melangkah
Beriring air dari langit megah
Mengingatkan sebuah kisah
Yang dulu mengukir tawa dan bertutur searah
Kini musnah...
Tinggalah bibir mengunci pilu
Bersapa itu kaku
Langit semakin pucat pasi
Merata putih
Tatapan datar pada paras tak asing
Tetap saja berdalih tak berbahasa
Memalingkan wajah seolah tak punya rasa
Sekian tanya yang tak bisa tersirat
Hanya dalam benak sembunyi rapat
Egolah melesat
Semua itu kalut terasakan
Tapi sungguh...
Ingin kembali bergandengan tangan


13 Agustus 2013

Poem - Senja Itu

Senja Itu
Oleh: Desy Rachma

Senja tak melulu tentang cahayanya
Tapi tentang hangatnya, dengan langit musim panas
Dan dinginnya, dengan langit musim dingin
Juga tentang aroma debu yang mulai hilang dari jangkauan indera
Dan gelap tak terhentikan tertangkap oleh lain indera
Untukku…
Ia begitu sahda, jua memilukan
Saat dalam dekapnya, seolah ada rindu entah pada apa dan pada siapa
Juga ada rasa yang entah apa namanya
Juga sepi yang terbata
Sampai ke hati dengan jalannya


Cirebon, 16 Januari 2017